Sunday, January 26, 2014

Budaya dan Budaya dan Rapai Alat Musik Tradisional Khas Aceh- Sejarah dan Wisata Aceh- Sejarah dan Wisata Aceh- Sejarah dan Wisata Aceh

Budaya dan Budaya dan Rapai Alat Musik Tradisional Khas Aceh- Sejarah dan Wisata Aceh- Sejarah dan Wisata Aceh- Sejarah dan Wisata Aceh




Nanggroe Aceh - Rapai telah ratusan tahun menjadi alat musik tradisional khas Aceh. Rapai ini merupakan sejenis instrumen musik pukul (perkusi) yang berfungsi pengiring kesenian tradisional. Bentuknya seperti rebana dengan warna dasar hitam dan kuning muda. Rapai terbuat dari bahan dasar berupa kayu dan kulit binatang. Kulit yang dipakai pada rapai biasanya kambing, ada juga yang memakai kulit
Budaya dan Budaya dan Pocut Baren Pahlawan Wanita Aceh Pembasmi Kolonialisme Belanda- Sejarah dan Wisata Aceh- Sejarah dan Wisata Aceh- Sejarah dan Wisata Aceh

Budaya dan Budaya dan Pocut Baren Pahlawan Wanita Aceh Pembasmi Kolonialisme Belanda- Sejarah dan Wisata Aceh- Sejarah dan Wisata Aceh- Sejarah dan Wisata Aceh




Nanggroe Aceh - Jika kita menapaki masa lalu Aceh, maka kita akan menemukan salah satu sosok pahlawan Aceh yaitu Pocut Baren pahlawan wanita Aceh pembasmi kolonialisme Belanda. Di daerah lain peranan wanitanya belum begitu menonjol, maka Aceh justru muncul banyak tokoh-tokoh wanita yang menjadi pemimpin, baik pemimpin militer maupun kepala pemerintahan. Hal ini membuktikan bahwa dalam gerakan
Budaya dan Budaya dan Resep Kari Aceh Makanan Khas Negeri Serambi Mekkah- Sejarah dan Wisata Aceh- Sejarah dan Wisata Aceh- Sejarah dan Wisata Aceh

Budaya dan Budaya dan Resep Kari Aceh Makanan Khas Negeri Serambi Mekkah- Sejarah dan Wisata Aceh- Sejarah dan Wisata Aceh- Sejarah dan Wisata Aceh




Nanggroe Aceh - Kari Aceh adalah makanan khas Aceh yang paling digemari oleh masyarakat Aceh. Kari Aceh ini biasanya diolah dalam sebuiah belanga besar sehingga orang Aceh sering menyebutnya dengan kuah beulangong atau kuah belanga dalam bahasa Indonesia. Hampir disetiap penjuru Aceh makanan khas ini selalu tersedia, baik direstoran Aceh maupun pada peringatan hari-hari besar dalam masyarakat

Saturday, January 25, 2014

Budaya dan Budaya dan Problematika Proses Penerapan Syariat Islam Di Aceh- Sejarah dan Wisata Aceh- Sejarah dan Wisata Aceh- Sejarah dan Wisata Aceh

Budaya dan Budaya dan Problematika Proses Penerapan Syariat Islam Di Aceh- Sejarah dan Wisata Aceh- Sejarah dan Wisata Aceh- Sejarah dan Wisata Aceh




Nanggroe Aceh - Problematika penerapan syariat Islam di Aceh dipicu oleh kurangnya sosialisasi pemerintah terhadap pentingnya penerapan syariat Islam di Aceh. Pemerintah Aceh memang ada melakukan sosialisasi, namun hanya pada baliho-baliho atau pamflet-pamflet di pinggir jalan. Kampanye semacam ini, tentu tidak terlalu diperhatikan oleh masyarakat karena hanya sebatas imbauan saja. terlebih
Budaya dan Budaya dan D. Kemalawati, Penyair Paling Produktif Di Aceh- Sejarah dan Wisata Aceh- Sejarah dan Wisata Aceh- Sejarah dan Wisata Aceh

Budaya dan Budaya dan D. Kemalawati, Penyair Paling Produktif Di Aceh- Sejarah dan Wisata Aceh- Sejarah dan Wisata Aceh- Sejarah dan Wisata Aceh




Nanggroe Aceh - Siapa yang tidak mengenal sosok D. Kemalawati yang merupakan salah seorang penggiat sastra di negeri serambi mekkah. Selain menggeluti dunia sastra beliau juga seorang budayawati yang sering mengangkat tema-tema budaya dalam kesusasteraan dirinya. Dek Nong, begitu nama kecilnya juga menjadi seorang deklarator Hari Puisi Indonesia di Pekanbaru, Riau. Tidak hanya sukses di dunia

Saturday, January 11, 2014

Kapal Pesiar Mewah Berbendera Bermuda Berlabuh di Sabang

Kapal Pesiar Mewah Berbendera Bermuda Berlabuh di Sabang

Kapal pesiar MS Artania berbendera Bermuda bakal bersandar di pelabuhan baru Sabang, Rabu (22/1/2014) mendatang.

Kapal raksasa dengan GT 44656 dan panjang 230,6 meter akan membawa 1.200 pelancong dunia dan 500 kru dari berbagai negara. Hal ini diungkapkan Kepala Pelabuhan BPKS Sabang, Zulkarnaini Abdullah, saat dihubungi Kompas.com, kemarin.

“Kedatangan kapal pesiar kali ini direncanakan akan disandarkan untuk pertama kali di pelabuhan baru BPKS. Karena pelabuhan ini memiliki panjang dermaga 420 meter lebih, dengan kedalaman draft mencapai 35 meter, ini sangat aman untuk disinggahi kapal-kapal berbobot besar di atas 10.000 DWT," katanya.

Zulkarnaini menambahkan, sejauh ini BPKS telah melakukan berbagai persiapan untuk menyambut kedatangan kapal tersebut. Antara lain dengan berkoordinasi dan kerja sama dengan Pemerintah Kota Sabang dan mitra kerja lainnya,

“MS Artania yang belayar selama 14 hari dari Mumbay menuju Kochi, Kolombo, dan diperkirakan akan bersandar di Sabang pada 22 Januari 2014 mendatang. Pukul 09.00 WIB, selanjutnya kapal itu meninggalkan pelabuhan Sabang pada pukul 17.00 WIB menuju pelabuhan selanjutnya, yaitu Phuket, Langkawi, dan Port Plang," ungkap dia.

Wisatawan dari Cruiser Artania akan disambut dengan sejumlah acara, termasuk pembukaan lapak-lapak cendera mata khas Aceh dan loket penukaran mata uang asing.

Positif
Menurut Kepala BPKS, Fauzi Husin, kedatangan kapal pesiar mewah ke Sabang bakal memiliki dampak positif, khususnya bagi sektor perekonomian warga Sabang. Pasalnya, dapat dipastikan para wisatawan nantinya akan menggunakan berbagai jasa pengusaha lokal, mulai dari sarana transportasi, wisata diving, snorkeling,hingga penjualan beragam produk-produk kerajinan khas Aceh.

Fauzi mengatakan, Sabang yang terkenal dengan potensi keindahan alam bawah lautnya tentu sangat menarik bagi wisatawan. “Jadi dampaknya langsung bisa dirasakan oleh masyarakat setempat," ujarnya.

sumber:http://regional.kompas.com/read/2014/01/12/0839557/Kapal.Pesiar.Mewah.Berbendera.Bermuda.Bersandar.di.Sabang

Kasihan, Museum Tsunami Aceh Terbengkalai

Kasihan, Museum Tsunami Aceh Terbengkalai

Tiga tahun setelah resmi dioperasikan, Museum Tsunami Aceh kini terbengkalai. Di museum itu sejumlah alat peraga rusak tidak dapat difungsikan dan beberapa koleksi tidak memiliki plang informasi.

Museum Tsunami Aceh diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 23 Februari 2009. Selama dua tahun dilakukan proses koleksi dan pada 8 Mei 2011 museum ini mulai dibuka untuk umum.

Pembangunan museum itu untuk mengenang tsunami Aceh pada 26 Desember 2004 yang memakan korban tewas sekitar 240.000 jiwa. Suasana dan koleksi di museum tersebut didesain sedemikian rupa agar pengunjung dapat meresapi dahsyatnya tsunami.

Museum itu memiliki 55 koleksi, terdiri dari 7 unit maket, 22 unit alat peraga, dan 26 unit foto ataupun lukisan yang menggambarkan keadaan tsunami di Aceh. Namun, ketika memasuki ruang koleksi, suasana mengenang tsunami terusik oleh kondisi koleksi yang tak sempurna. Sejumlah koleksi, seperti ruang simulasi gempa, alat peraga rumah tahan gempa dan rumah tak tahan gempa, serta alat peraga gelombang tsunami, tak berfungsi.

Tombol untuk menyalakan ruang peraga gempa juga tidak menyala. Kondisi serupa terjadi pada alat peraga rumah tahan gempa dan tak tahan gempa.

Perawatan minim

Petugas pemandu di Museum Tsunami Aceh, Meili Nuzuliana, Jumat (10/1/2014), mengatakan, sejumlah koleksi itu rusak setahun terakhir. ”Kerusakan terjadi karena minimnya perawatan dan ulah tangan-tangan jahil,” katanya.


SERAMBI INDONESIA/M ANSHAR Pengunjung menikmati suasana di Gedung Museum Tsunami Aceh, Banda Aceh, Rabu (20/2/2013). Selain berisi informasi tentang gempa dan tsunami, museum berlantai empat dengan arsitektur modern yang dibangun tahun 2007 tersebut juga diperuntukkan sebagai tempat evakuasi bencana alam.
Kepala Museum Tsunami Aceh Zuhardi Hatta menuturkan, di museum tersebut terdapat 22 petugas pemandu, 12 petugas kebersihan, 9 tenaga keamanan, dan 6 teknisi. Ia menilai kinerja petugas belum optimal

”Penyebabnya, mungkin karena honor yang rendah. Saya sendiri hanya mendapat Rp 450.000 per bulan,” ujar Zuhardi yang juga karyawan di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh. Adapun semua petugas tersebut merupakan petugas kontrak di bawah naungan Museum Geologi Bandung, Jawa Barat, yang dimiliki Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Di sisi lain, kata Zuhardi, status museum itu sampai sekarang kurang jelas. Museum itu bukan lembaga independen, melainkan lembaga di bawah naungan nota kesepahaman antara Kementerian ESDM dan Pemerintah Aceh. ”Biaya operasional museum sepenuhnya dari Kementerian ESDM, tetapi saya tak tahu nominalnya,” kata Zuhardi. (DRI)

sumber: http://travel.kompas.com/read/2014/01/11/1822200/Museum.Tsunami.Aceh.Terbengkalai

Thursday, January 2, 2014

Kapal Pesiar Inggris Singgah 12 Jam di Pulau Sabang

Kapal Pesiar Inggris Singgah 12 Jam di Pulau Sabang

 Pada awal 2014, kapal pesiar dari Inggris yang mengangkut 120 turis berbagai negara, singgah ke Pulau Sabang. Mereka menghabiskan waktu 12 jam untuk menikmati keindahan pulau berjuluk Seribu Benteng itu.

Kapal pesiar Sebound Legend yang memiliki 100 kru itu sudah berlayar ke berbagai negara. Mereka mampir di Pelabuhan Teluk Sabang dari sekira pukul 08.00 WIB menjelang pergantian tahun 2013.

"Mereka menghabiskan 12 jam di Sabang," kata Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sabang, Ali Taufik, kepada Okezone, baru-baru ini.

Turis asing yang ada di kapal tersebut mendapat sambutan hangat dari masyarakat Sabang. Mereka menyuguhkan tarian-tarian tradisional dan kreatif. "Mereka juga diajak ikut menari dan belajar tarian kita, dan mereka sangat senang dengan sikap ramah tamah masyarakat Sabang," sebut Ali.

Para turis juga menjelajahi Sabang dengan becak atau ojak. Mereka berkunjung ke beberapa lokasi wisata, seperti Tugu Nol Kilometer Indonesia, Pantai Iboih, Pantai Gapang, dan Pantai Anoe Itam.

"Mereka juga menikmati kopi Aceh dan berbelanja berbagai souvenir khas Sabang. Mereka mengatakan sangat takjub dengan keindahan Sabang," pungkasnya.

Setelah itu, kapal pesiar itu kembali melanjutkan pelayaran ke berbagai negara, sebelum kembali ke Eropa. Selain Seabound Legend, Sabang sudah beberapa kali disinggahi kapal pesiar dari Eropa sejak dua tahun terakhir. (acehinfo.com)