Friday, March 18, 2016

Wisata ke pulau Weh ( sabang )

Wisata ke pulau Weh ( sabang )



Sabang merupakan kota kecil yang berada di Pulau Weh yaitu pulau yang berada di ujung paling barat Indonesia, Kota Sabang ini dapat dicapai dengan kapal ferry atau kapal cepat dari Banda Aceh, selain itu disini juga tersedia Bandara Maimun Saleh. Kota Sabang di Pulau Weh ini menawarkan beragam wisata bahari juga beberapa tempat peninggalan sejarah yang bisa anda nikmati, berikut ini tempat wisata di Sabang yang bisa anda kunjungi.

Bagaimana cara Menuju Ke sabang ??? 
Untuk mencapai Pulau Weh alternatifnya melalui jalur udara dan jalur laut.
Penerbangan via Garuda Indonesia setiap hari Rabu, Jum'at dan Minggu. Jadwal keberangkatan Sabang - Medan pada pukul 10:40 dan tiba pukul 12:10. Untuk keberangkatan Medan - Sabang pada pukul 08:50 dan tiba pada pukul 10:10.
Pelabuhan penyeberangan dari Banda Aceh adalah Ulee Lheu dan pelabuhan penyeberangan Sabang adalah Balohan. Ada 2 jenis angkutan jalur laut yaitu Kapal Motor Express dan Ferry.

Kapal Motor Express (lebih familiar dengan sebutan "kapal cepat") dioperasikan oleh pihak swasta dengan armada KM Bahari 3 dan KM Cantika 89, dengan jarak tempuh 45 menit. Kapal cepat hanya melayani penumpang saja.


Ferry (lebih familiar dengan sebutan "kapal lambat") dengan operator pihak ASDP melayani angkutan penumpang dan kendaraan dengan jarak tempuh ± 1,5 - 2 jam.

Jadwal Terbaru Keberangkatan/Kedatangan Kapal Penumpang Penyeberangan
Sabang - Banda Aceh (Pelabuhan Balohan - Ulee Lheue).
Kapal Ke Sabang
KM. EKSPRESS BAHARI 


PULO RUNDO


KMP.BRR


Sultan Ali Mughayat Syah

Sultan Ali Mughayat Syah

Sultan Ali Mughayat Syah

Sultan Alaidin Ali Mughayat Syah adalah pendiri kerajaan dan sultan pertama kesultanan aceh yang memimpin aceh dari tahun 1514 sampai dengan beliau tutup usia yaitu pada tahun 1530.
Menurut yang saya abaca di artikel wikipedia , mulai tahun 1520 Sultan Alaidin Ali Mughayat Syah memulai kampanye militer untuk menguasai bagian utara Sumatra. kampanye pertamnaya adalah  Daya, disebelah barat laut yang menurut Tome Pires belum mengenal Islam. Selanjutnya Pasukan tersebut melanjutkan pertempurannya kewilayah pantai timur. sebagaimana kita ketahui pada saat itu di bagian pantai timur memiliki banyak rempah-rempah dan emas. dan pada saat itu juga Sultan Alaidin Ali Mughayat Syah membangun pelabuhan-pelabuhan untuk meningkatkan perekonomian rakyat dan juga untuk kekuatan militer laut.
Adapun selanjutnya, Deli dan Aru merupakan target utama untuk melakukan penyerangan untuk memperluas kekuasaan , penyerangan ini merupakan penyerangan terakhir yang dilakukan oleh Sultan Alaidin Ali Mughayat Syah untuk memperluas daerahnya. Sultan Alaidin Ali Mughayat Syah juga mampu mengusir garnisun portugis yang sudah merajalela di kawasan Pedir (Pidie) dan Pasai. kemudian pada tahun 1824 pasukan Sultan Alaidin Ali Mughayat Syah menyerang Aru, namun usaha sultan gagal, karena berhasil dikalahkan oleh armada portugis. Selain mengancam portugis sebagai pemilik kekuasaan laut pada saat itu. pasukan Sultan Alaidin Ali Mughayat Syah juga mengancam kesultanan johor yang juga sebagai kekuatan militer laut di kawasan itu. Pada tahun 1521 kesultanan aceh diperluas sampai ke pidie , dan pada tahun 1524 ke pasai dan aru, kemunidan menyusul perlak, tamiang dan lamuri. kesultanan aceh Darussalam merupakan kelanjutan dari kesultanan samudra pasai yang hancur pada abad ke 14.
Ada beberapa versi sejarah lain yang menyebutkan terbentuknya kerajaan Aceh Darussalam. menurut hikayat aceh yang saya kutip dari buku Aceh sepanjang Abad menyebutkan aceh Darussalam adalah persatuan dua kerajaan yang masing-masing dipimpin oleh sultan muzaffar syah dari pidie dan raja inayat syah dari aceh besar , mereka itu merupakan 2 bersaudara. suatu saat pecah peperangan antara keduanya, dan dimenangi oleh muzaffar syah yang berasal dari pidie, akhirnya dia menyatukan pidie dan aceh besar. lantas demikian dia memberinya nama Aceh Darussalam.
Ajidar matsyah menyebutkan dalam Bukunya, Jatuh Bangun Kerajaan islam di Aceh,  bahwa kesultanan aceh Darussalam membawakan enam kerajaan islam kecil, kerajaan-kerajaan itu antara lain : kerajaan perlak, kerajaan samudra pasai, kerajaan tamiang, kerajaan pidie, kerajaan indrapura, dan kerajaan indrajaya. kitab bustanus salitin, kitab kronik raja-raja aceh, menyebut sultan ali mughayat syah sebagai sultan aceh yang pertama. ia mendirikan kesultanan aceh dengan menyatukan kerajaan-kerajaan kecil tersebut. pusat kesultanan aceh Darussalam adalah kuta raja yang sekarang sering di sebut dengan kota banda aceh, banda aceh memiliki Bandar niaga yang besar karena mempunyai pelabuhan yang bisa merapatnya kapal-kapal besar pada saat itu tepatnya pada abad ke 16. pelabuhan banda aceh mudah dirapati oleh berbagai jenis kapal dagang. maka oleh sebab itulah aceh semakin ramai, apalagi sejak malaka jatuh ke tangan portugis,   para saudagar-sudagar muslim lebih memilih berlabuh ke pelabuhan banda aceh. tak hanya pedagang muslim, pedagang asing non portugis juga ikut berlabuh ke pelabuhan banda aceh, sehingga kesultanan aceh mempunyai banyak keuntungan pada masa itu.
sumber : http://aneukgeureugok.blogspot.co.id/2015/04/sultan-ali-mughayat-syah.html
Kerajaan Islam Jeumpa

Kerajaan Islam Jeumpa

Peta Kerjaan Islam Pertama (Kerajaan Jeumpa)
Kerajaan Jeumpa adalah sebuah kerajaan yang berada di sekitar daerah perbukitan mulai dari pinggir sungai Peudada di sebelah barat sampai Pante Krueng Peusangan di sebelah timur pada sekitar abad ke VIII Masehi. Hal ini berdasarkan Ikhtisar Radja Jeumpa yang ditulis Ibrahim Abduh, yang disadurnya dari Hikayat Radja Jeumpa.
Kerajaan Samalanga

Kerajaan Samalanga

Teungku Cut Sa’id yang ato prang, ato rakan kameuteunteeDalam kuta gle yang that meuceuhu, Yang to bak u dum meuribeeDalam kuta gle yang that meusigak, Ateuh seulambak le that gureeKafe dum jiplueng keudeh u laot/ Geulet di likot meuree-ree…
Kerajaan Trumon dan Benteng Kuta Batee

Kerajaan Trumon dan Benteng Kuta Batee

Gerbang depan benteng Kuta Batee sisa Kerajaan Trumon
Memiliki cap sikureng (cap sembilan) dan mata uang sendiri yang di akui dunia, membuat kerajaan Trumon dikenal bangsa Asia dan Eropa. Bahkan mempunyai armada dagang bernama Diana dan Le-Xemie yang membawa lada ke Penang, India dan Timur Tengah.
Kerajaan Linge Gayo

Kerajaan Linge Gayo

Umah Pitu  Ruang Linge
Photo di atas adalah sebagian bukti yang tidak jelas keberadaannya, yang merupakan "peninggalan Kerajaan Linge", ada lagi peninggalan Kerajaan Linge konon orang desa setempat mengatakan bahwa rumah adat pitu ruang (tujuh ruang) itu adalah tempat tinggal Kerajaan Linge dari Raja Linge I-XIII, tapi ini semua di dapatkan berdasarkan hasil wawancara saja. Pertanyaan yang mungkin timbul salah satu dari kita adalah, siapakah raja yang I, II, III dan seterusnya sampai ke XIII tersebut yang pernah menjadi raja di kerajaan linge itu sendiri?

Wednesday, March 16, 2016

Keindahan di Pulo Breuh

Keindahan di Pulo Breuh


pulau breuh


Banda Aceh – Pulo Breuh dalam gugusan Pulau Aceh, menyimpan keindahan luar biasa. Karang-karangnya yang asri menyimpan aneka ikan yang memberikan pencaharian kepada para nelayan.
KEINDAHAN DI PULAU TUAN

KEINDAHAN DI PULAU TUAN

photo:serambinews


Pulau Tuan tapi tak bertuan. Tiada penduduk yang tinggal menetap di sana. Itu hanya pulau kecil seperti mengapung yang indah, dikelilingi hamparan terumbu karang ragam jenis.

Tuesday, March 15, 2016

Kesultanan Aceh Darussalam

Kesultanan Aceh Darussalam

1. Sejarah
Kesultanan Aceh Darussalam memulai pemerintahannya ketika Kerajaan Samudera Pasai sedang berada di ambang keruntuhan. Samudera Pasai diserang oleh Kerajaan Majapahit hingga mengalami kemunduran pada sekitar abad ke-14, tepatnya pada 1360. Pada masa akhir riwayat kerajaan Islam pertama di nusantara itulah benih-benih Kesultanan Aceh Darussalam mulai lahir. Kesultanan Aceh Darussalam dibangun di atas puing-puing kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha yang pernah ada sebelumnya, seperti Kerajaan Indra Purba, Kerajaan Indra Purwa, Kerajaan Indra Patra, dan Kerajaan Indrapura. Dari penemuan yang dilacak berdasarkan penelitian batu-batu nisan yang berhasil ditemukan, yaitu dari batu nisan Sultan Firman Syah, salah seorang sultan yang pernah memerintah Kesultanan Aceh, didapat keterangan bahwa Kesultanan Aceh beribukota di Kutaraja (Banda Aceh). Pendiri sekaligus penguasa pertama Kesultanan Aceh adalah Sultan Ali Mughayat Syah yang dinobatkan pada Ahad, 1 Jumadil Awal 913 Hijriah atau tanggal 8 September 1507 Masehi.
Kesultanan Samudera Pasai

Kesultanan Samudera Pasai

1. Sejarah
Kapan berdirinya Kesultanan Samudera Pasai belum bisa dipastikan dengan tepat dan masih menjadi perdebatan para ahli sejarah. Namun, terdapat keyakinan bahwa Kesultanan Samudera Pasai berdiri lebih awal dibanding Dinasti Usmani di Turki yang pernah menjadi salah satu peradaban adikuasa di dunia. Jika Dinasti Ottoman mulai menancapkan kekuasaannya pada sekitar tahun 1385 Masehi, maka Kesultanan Samudera Pasai sudah menebarkan pengaruhnya di wilayah Asia Tenggara sejak tahun 1297 Masehi.
Mesjid Raya Baiturrahman

Mesjid Raya Baiturrahman

Mesjid Raya baiturrahman Banda Aceh
Masjid yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda pada tahun 1612 ini telah menjadi ikon Aceh. Bangunan utama masjid berwarna putih dengan kubah hitam besar dikelilingi oleh tujuh menara. Kesan megah semakin terasa dengan adanya kolam besar dan pancuran air di bagian depan masjid yang mengingatkan pada Taj Mahal di India.

Masjid ini menjadi tempat wisata religi di Aceh yang banyak dikunjungi karena keindahannya. Situs Huffington Post memasukkan Masjid Raya Baiturrahman ke dalam daftar 100 masjid terindah di dunia, bahkan Yahoo! menyebut masjid ini sebagai salah satu dari 10 masjid terindah di dunia. Hal ini tentu saja semakin membuat bangga warga Aceh dan Indonesia.
Sejarah Bireuen dan Asal Usul Julukan Kota Juang

Sejarah Bireuen dan Asal Usul Julukan Kota Juang


Bireuen—Julukan Kota Juang yang ditabalkan untuk Kabupaten Bireuen menarik untuk ditelusuri asal usulnya. Terlebih masih banyak orang yang tidak mengetahuinya. Bahkan mereka yang mengaku orang Bireuen sekali pun.
Tgk Sarong Sulaiman, seorang pelaku sejarah dan pejuang yang sekarang berusia 110 tahun, yang berdomisili di Desa Keude Pucok Aleu Rheng, Peudada Bireuen, saat ditemui Narit di rumahnya, kelihatan masih sehat dan ingatannya pun masih kuat.
Menurut Kepala Badan Statistik (BPS) Aceh, Syeh Suhaimi kepada Narit, Tgk Sarong merupakan salah seorang pelaku sejarah yang masih hidup. “Beliau merupakan seorang pejuang kemerdekaan negara ini, bahkan terlibat langsung dalam masa pergerakan melawan penjajahan Belanda dulu,” kata Syeh Suheimi saat melakukan sensus penduduk di Bireuen beberapa bulan lalu.
Sejarah Kota Banda Aceh

Sejarah Kota Banda Aceh

Banda Aceh sebagai ibu kota Kesultanan Aceh Darussalam berdiri pada abad ke-14. Kesultanan Aceh Darussalam dibangun di atas puing-puing kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha yang pernah ada sebelumnya, seperti Kerajaan Indra Purba, Kerajaan Indra Purwa, Kerajaan Indra Patra, dan Kerajaan Indrapura (Indrapuri). Dari batu nisan Sultan Firman Syah, salah seorang sultan yang pernah memerintah Kesultanan Aceh, didapat keterangan bahwa Kesultanan Aceh beribukota di Kutaraja (Banda Aceh). (H. Mohammad Said a, 1981:157).
Sejarah Aceh Besar

Sejarah Aceh Besar

Pada waktu Aceh masih sebagai sebuah kerajaan, yang dimaksud dengan Aceh atau Kerajaan Aceh adalah wilayah yang sekarang dikenal dengan nama Kabupaten Aceh Besar ditambah dengan beberapa kenegerian/daerah yang telah menjadi bagian dari Kabupaten Pidie. Selain itu, juga termasuk Pulau Weh (sekarang telah menjadi pemerintah kota Sabang), sebagian wilayah pemerintah kota Banda Aceh, dan beberapa kenegerian/daerah dari wilayah Kabupaten Aceh Barat. Aceh Besar dalam istilah Aceh disebut Aceh
Indatu “Ureung Pidie”

Indatu “Ureung Pidie”

Selama ini kita mengetahui asal mula daerah Pidie sekarang adalah Kerajaan Poli atau Kerajaan Pedir, Namun ternyata jauh sebelumnya Pidie telah memiliki sebuah Kerajaan yang bernama Kerajaan Sama Indra sebagai cikal bakalnya.


 Oleh Iskandar Norman

Sebuah buku lama yang ditulis sejarawan M Junus Djamil yang disusun dengan ketikan mesin tik, mengungkapkan hal itu. Buku dengan judul “Silsilah Tawarick Radja-radja Kerajaan Aceh” Buku yang diterbitkan oleh Adjdam-I/Iskandar Muda tidak lagi jelas tahun penerbitnya. Tapi pada kata pengantar yang ditulis dengan ejaan lama oleh Perwira Adjudan Djendral Kodam-I/Iskandar Muda, T Muhammad Ali, tertera 21 Agustus 1968.
Buku setebal 57 halaman itu pada halaman 24 berisi tentang sejarah Negeri Pidie/Sjahir Poli. Kerajaan ini digambarkan sebagai daerah dataran rendah yang luas dengan tanah yang subur, sehingga kehidupan penduduknya makmur.

Tuesday, March 1, 2016

TRAGEDI SIMPANG KKA ACEH

TRAGEDI SIMPANG KKA ACEH

Tragedi Simpang KKA Aceh
Tanggal 3 Mei punya banyak makna bagi warga Aceh Utara, dan juga bagi masyarakat Aceh pada umumnya. Tanggal tersebut selain bermakna resistensi atau perlawanan rakyat melawan negara, juga sebuah kenangan buruk, betapa negara begitu semena-mena terhadap rakyatnya.

Karenanya, saban tahun masyarakat Aceh khususnya yang bermukim di daerah Simpang KKA Gampong Paloh Lada, Dewantara, Aceh Utara memperingati sekaligus mengenang terjadinya peristiwa berdarah yang sering disebut dengan tragedi berdarah Simpang KKA.