Keripik pisang yang diolah dari pisang monyet dan pisang kepok itu disajikan dengan rasa manis dan asin. Sedangkan keripik ubi punya pilihan rasa original, rasa jagung, dan pedas. Sementara keripik sukun digoreng dengan satu rasa yaitu rasa original. Semua jenis keripik itu dijual di kios yang dibangun berderetan di kiri dan kanan jalan mulai dari kawasan Cot Gapu sampai ke Cot Keutapang, Bireuen.
Siapa saja yang ingin membeli keripik Bireuen, setibanya di kawasan itu langsung menepi di kios keripik pilihan mereka masing-masing. Setelah pembeli turun dari kendaraan, sejumlah penjual keripik langsung memberikan beberapa jenis keripik untuk dirasa. Setelah itu, pembeli membeli keripik sesuai seleranya. Kendaraan yang singgah di kawasan penjualan keripik itu mulai dari mobil pribadi sampai mobil penumpang umum seperti L-300, bus berbadan sedang, dan bus berbadan besar.
Saat ini, keripik pisang manis dan asin serta keripik ubi rasa original dijual Rp 30.000 per kilogram, keripik ubi rasa jagung Rp 40.000 per kilogram, dan keripik sukun Rp 50.000 per kilogram. Dengan harga itu, tak mengurangi minat konsumen untuk membeli keripik sebagai oleh-oleh dari Bireuen. “Kadang-kadang kami dapat untung 75 ribu rupiah per hari, tapi di waktu tertentu hanya 50 ribu rupiah per hari,” kata Apanu, penjual keripik pisang di kawasan terminal bus Bireuen.
Basir (32), pemilik usaha penggorengan keripik di Desa Reuluet, Kota Juang, Bireuen mengatakan, ia sudah 10 tahun menggeluti usaha tersebut. Dengan mengelola dua usaha penggorengan keripik yaitu di Peudada dan di Reuleut, Basri kini mempekerjakan 25 orang. “Masing-masing pekerja sudah ada tugasnya sendiri mulai dari menggoreng sampai mengantar keripik ke sejumlah tempat penjualan keripik di Bireuen,” ungkap Basir.
Dikatakan, setelah digoreng, keripik dimasukan dalam plastik besar dan diantar ke pelanggan sesuai permintaan. “Selama ini, kami hanya memasok sekitar 500 kilogram keripik per hari ke langganan di lima tempat,” timpalnya.
Ditanya keuntungan yang diperolehnya, Basir mengatakan, dirinya memperoleh laba antara Rp 700-Rp 1.000 per kilogram. Untuk satu kilogram keripik, menurutnya, membutuhkan lima sisir pisang sebagai bahan bakunya. Menurutnya, besarnya keuntungan sangat tergantung dari banyaknya pesanan.
“Saya jalankan usaha ini dengan sendiri dan belum ada bantuan dari Pemerintah, mengurus kredit juga susah. Kami berharap kepedulian pemerintah untuk membina usaha kecil seperti usaha penggorengan keripik yang saya lakukan ini,” katanya. Ada belasan tempat lain yang juga mengoreng keripik mulai dari Geulanggang Teungoh, Cot Gapu sampai ke Juli dan Kecamatan Peudada. Sedangkan tempat penjualan bertabur di Bireuen dan sekitarnya.
0 komentar: