PULAU Sabang atau Weh yang terletak di ujung paling utara Pulau Sumatra memiliki luas 156,3 km, dengan dikelilingi pegunungan dan pantainya yang indah. Pulau Weh merupakan bagian dari Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan jumlah penduduk kurang dari 50.000 orang. Belum lama, okezone berkesempatan mengunjungi Pulau Weh kaya keindahan pantai dan biota bawah lautnya.
Pertama-tama, kami melakukan penyeberangan menggunakan kapal feri dari Pelabuhan Ulee lheue, Banda Aceh, menuju Pelabuhan Balohan Sabang dengan jarak tempuh satu jam perjalanan. Setibanya di Pelabuhan Balohan, beberapa armada transportasi yang tersedia, di antaraya labi-labi, bentor, atau dapat menyewa kendaraan pribadi untuk mengantar ke tempat penginapan.
Dalam perjalaanan, Anda akan menemui sejumlah kedai kopi yang disulap bagaikan bioskop dengan bangku bersandar berjejer ke depan menghadap sebuah televisi. Yah, memang Aceh terkenal dengan sebutan Negeri Seribu Warung Kopi karena kebiasaan masyarakatnya yang gemar minum kopi sejak zaman kerajaan. Cukup dengan Rp3.000, Anda akan merasakan keharuman dan kenikmatan secangkir kopi khas Aceh.
Kami bermalam di Hotel Sabang Hills yang terletak di Jalan Sultan Iskandar Muda, Kebun Merica, Kota Sabang, Aceh. Dengan tarif Rp500 ribu hingga Rp1 juta untuk kelas eksklusif per malam, Anda dapat menikmati penginapan di atas bukit dengan suasana sejuk, pemandangan perbukitan, dan hamparan laut lepas.
Esok harinya, kami berkesempatan mengunjungi lokasi bersejarah di Tugu Titik Nol KM yang dibangun pada 1997 oleh mantan Presiden BJ Habibie. Jika Anda berkunjung ke tempat ini, jangan lupa mendaftarkan diri di bagian pencatatan guna mendapatkan sertifikat bahwa Anda sudah berada di Titik Nol KM Indonesia. Siang harinya, Anda dapat bersantai sekaligus menikmati gurihnya ikan bakar di Restoran Pantai Sumur Tiga, Kecamatan Ie Meule, Sukajaya, Sabang.
Jika belum puas menikmati keindahan pantainya, Anda harus beranjak menuju Pulau Gapang, Sabang. Di sini, Anda bisa menyelam mengeksplorasi keindahan alam bawah laut dengan biaya Rp250 ribu sampai Rp500 ribu. Sekali menyelam, mata Anda akan terpuaskan dengan ratusan biota laut dan terumbu karang yang memukau. Apabila ini adalah kali pertama Anda menyelam, tidak perlu takut karena Anda akan didampingi oleh instruktur andal.
Belum ke Sabang kalau belum ke Pulau Rubiah. Mungkin itu pendapat yang mengibaratkan salah satu surga Taman Laut Pulau Rubiah yang dihuni 14 jenis dari 15 jenis biota laut yang dilindungi pemerintah Indonesia.
Setelah menikmati keindahan alam pulau Sabang, tidak ada salahnya jika Anda mampir ke Museum Tsunami Aceh yang terletak di Jalan Sultan Iskandar Muda, Kampung Sukaramai, Banda Aceh. Okezone mengunjungi museum yang dibangun pada 2007 untuk mengenang para korban bencana tsunami Aceh 2004 silam. Memasuki museum, Anda langsung dihadapkan dengan sebuah lorong gelap yang dindingnya dialiri air sehingga bisa merasakan suasana dramastis.
Setelah itu, Anda akan memasuki sebuah ruangan sumur doa yang dindingnya penuh dengan ribuan nama korban tsunami dan di atasnya terdapat tulisan berlafaz Allah, sebagai simbol bahwa kekuasaan Tuhan di atas segalanya. Menuju lantai dua museum, Anda akan memasuki ruangan Memory Hall yang memajang foto-foto korban bencana dan replika beberapa lokasi di Aceh yang terkena dampak tsunami.
Mengunjungi Museum Tsunami Aceh, Anda akan mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru tentang bencana tsunami, Yang paling penting adalah pengalaman hidup, di mana semua kehidupan hanya milik Tuhan Yang Maha Esa.
Dan sebelum mengakhiri perjalanan, Anda bisa mampir sejenak di Masjid Ramhatullah, Kecamatan Lhoknga, Aceh Besar. Masjid Rahmatullah merupakan satu-satunya bangunan yang tersisa akibat terjangan tsunami, dan dari sekira 7.000 orang warga Pantai Lampuuk, kurang lebih 600 orang yang berhasil selamat dari bencana tsunami.
Pertama-tama, kami melakukan penyeberangan menggunakan kapal feri dari Pelabuhan Ulee lheue, Banda Aceh, menuju Pelabuhan Balohan Sabang dengan jarak tempuh satu jam perjalanan. Setibanya di Pelabuhan Balohan, beberapa armada transportasi yang tersedia, di antaraya labi-labi, bentor, atau dapat menyewa kendaraan pribadi untuk mengantar ke tempat penginapan.
Dalam perjalaanan, Anda akan menemui sejumlah kedai kopi yang disulap bagaikan bioskop dengan bangku bersandar berjejer ke depan menghadap sebuah televisi. Yah, memang Aceh terkenal dengan sebutan Negeri Seribu Warung Kopi karena kebiasaan masyarakatnya yang gemar minum kopi sejak zaman kerajaan. Cukup dengan Rp3.000, Anda akan merasakan keharuman dan kenikmatan secangkir kopi khas Aceh.
Kami bermalam di Hotel Sabang Hills yang terletak di Jalan Sultan Iskandar Muda, Kebun Merica, Kota Sabang, Aceh. Dengan tarif Rp500 ribu hingga Rp1 juta untuk kelas eksklusif per malam, Anda dapat menikmati penginapan di atas bukit dengan suasana sejuk, pemandangan perbukitan, dan hamparan laut lepas.
Esok harinya, kami berkesempatan mengunjungi lokasi bersejarah di Tugu Titik Nol KM yang dibangun pada 1997 oleh mantan Presiden BJ Habibie. Jika Anda berkunjung ke tempat ini, jangan lupa mendaftarkan diri di bagian pencatatan guna mendapatkan sertifikat bahwa Anda sudah berada di Titik Nol KM Indonesia. Siang harinya, Anda dapat bersantai sekaligus menikmati gurihnya ikan bakar di Restoran Pantai Sumur Tiga, Kecamatan Ie Meule, Sukajaya, Sabang.
Jika belum puas menikmati keindahan pantainya, Anda harus beranjak menuju Pulau Gapang, Sabang. Di sini, Anda bisa menyelam mengeksplorasi keindahan alam bawah laut dengan biaya Rp250 ribu sampai Rp500 ribu. Sekali menyelam, mata Anda akan terpuaskan dengan ratusan biota laut dan terumbu karang yang memukau. Apabila ini adalah kali pertama Anda menyelam, tidak perlu takut karena Anda akan didampingi oleh instruktur andal.
Belum ke Sabang kalau belum ke Pulau Rubiah. Mungkin itu pendapat yang mengibaratkan salah satu surga Taman Laut Pulau Rubiah yang dihuni 14 jenis dari 15 jenis biota laut yang dilindungi pemerintah Indonesia.
Setelah menikmati keindahan alam pulau Sabang, tidak ada salahnya jika Anda mampir ke Museum Tsunami Aceh yang terletak di Jalan Sultan Iskandar Muda, Kampung Sukaramai, Banda Aceh. Okezone mengunjungi museum yang dibangun pada 2007 untuk mengenang para korban bencana tsunami Aceh 2004 silam. Memasuki museum, Anda langsung dihadapkan dengan sebuah lorong gelap yang dindingnya dialiri air sehingga bisa merasakan suasana dramastis.
Setelah itu, Anda akan memasuki sebuah ruangan sumur doa yang dindingnya penuh dengan ribuan nama korban tsunami dan di atasnya terdapat tulisan berlafaz Allah, sebagai simbol bahwa kekuasaan Tuhan di atas segalanya. Menuju lantai dua museum, Anda akan memasuki ruangan Memory Hall yang memajang foto-foto korban bencana dan replika beberapa lokasi di Aceh yang terkena dampak tsunami.
Mengunjungi Museum Tsunami Aceh, Anda akan mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru tentang bencana tsunami, Yang paling penting adalah pengalaman hidup, di mana semua kehidupan hanya milik Tuhan Yang Maha Esa.
Dan sebelum mengakhiri perjalanan, Anda bisa mampir sejenak di Masjid Ramhatullah, Kecamatan Lhoknga, Aceh Besar. Masjid Rahmatullah merupakan satu-satunya bangunan yang tersisa akibat terjangan tsunami, dan dari sekira 7.000 orang warga Pantai Lampuuk, kurang lebih 600 orang yang berhasil selamat dari bencana tsunami.
credit to: http://jakarta.okezone.com